From This Moment On

Daisypath Anniversary tickers

Wednesday, December 17, 2008

Banjir!! Banjir!!


Semingguan ini, Surabaya diguyur hujan setiap hari. Tampaknya memang sudah benar-benar masuk musim penghujan. Menurut berita yang saya baca di koran, musim hujan di Surabaya diawali di bulan Desember dan diperkirakan akan berakhir sekitar bulan Maret/April. Musim hujan tahun ini mundur dari perkiraan awal yaitu sekitar bulan September/Oktober. Namun yang perlu diwaspadai adalah curah hujan yang tinggi. Dengan rentang waktu yang relatif lebih pendek, curah hujan tetap sama dengan tahun kemarin. Jadinya bakalan sering turun hujan lebat dan intensitas curah hujan yang tinggi. Benar saja, di hari Senin (15/12), hujan lebat disertai angin kencang menumbangkan sebuah tiang billboard di depan hotel JW Marriot dan memakan korban. Seorang tewas dan tiga orang luka berat. Beberapa hari terakhir, hujan bikin banjir di jalan-jalan protokol di Surabaya.


Sabtu (13/12), saya mengantar Anik, teman SMA, ke Diklat BRI di Jemur Andayani untuk psikotes outsourcing BRI. Jam satu siang, Anik sms untuk minta dijemput karena tesnya sudah selesai. Ketika saya berangkat, langit mendung. Ketika kami mau balik ke kos, di daerah Ngagel, hujan mulai turun. Unfortunately, saya lupa bawa raincoat. Alhasil, karena hujan semakin deras, saya menepikan motor dan berteduh di pelataran sebuah gudang di depan hotel Malibu, sebelum perempatan lampu merah. Beberapa orang melakukan hal yang sama. Tapi hujan tak kunjung reda, bahkan semakin lama semakin deras. Deras banget!! Air seperti ditumpahkan dari langit. Mendung tebal dan suara geludung menambah dramatis suasana hujan siang itu. Setelah satu jam menunggu hujan lebat mereda, saya dan Anik memutuskan melanjutkan perjalanan.


Kemacetan mulai melanda. Di Raya Gubeng, mobil-mobil berjalan pelan. Saya belok ke kiri dan terkejut melihat Viaduk Gubeng tergenang air setinggi hampir 30 cm. Waduhh, banjir nih, gimana kalo mesinnya mati? Pikir saya. Dan benar, di bawah jembatan yang kini seperti sungai, motor saya tiba-tiba mogok. Saya didorong minggir dan memeriksa motor. Beberapa bapak baik hati dengan sukarela membantu untuk mengeringkan busi motor saya yang kemasukan air. Saya Cuma bengong dibilangin kalo businya basah, bla bla bla. Like I know?

Keputusan saya untuk belok ke gang dan keluar di Gubair I membuat saya harus menuntun motor menyebrangi jalan Dharwangsa untuk putar balik. Airnya mencapai lutut. Kemacetan tak terelakkan. Jalan Dharmawangsa berubah seperti kali. Riuh oleh bunyi klakson dan jeritan anak-anak bermain air. Melihat jalan Srikana banjirnya cukup tinggi, saya urung belok dan memutuskan lewat gang yang lebih tinggi dan kering, Celaka, ternyata portal banyak yang ditutup. Mau balik kucing kok ya jauh, apalagi saya menuntun motor, berjalan terseok-seok melewati sungai Dharmawangsa. Capek juga, akhirnya saya dan Anik memutuskan minggir seperti puluhan pengendara motor lain. Menikmati suasana terjebak banjir, melihat keramaian dan kesibukan di jalan. Puluhan motor mogok, bahkan beberapa mobil juga terlihat ngadat sehingga perlu didorong rame-rame.


Hari semakin sore, kami berjalan lagi dua meter untuk mencari gang yang portalnya buka. Setelah minggir, dan dengan bantuan seorang mas-mas yang berbaik hati mengeringkan busi motor saya, akhirnya kami bisa pulang. Sampai di kos, begitu buka kamar, waaaa.. airnya masuk kamar!! Kaca jendela lupa saya tutup, akibatnya air masuk dan menggenangi kamar. Haduhh,, udah capek-capek, masih harus ngepel dulu!! Saya memandang Anik dengan putus asa, Udah, pulang besok pagi aja Nik, kata saya. Anik hanya mengedikkan bahu dan menghela nafas maklum, lalu membantu saya mengeringkan lantai.


cheers,
-anna-

(sumber gambar: detik.com)

No comments: