From This Moment On

Daisypath Anniversary tickers

Tuesday, March 31, 2009

Kendali

Sungguh!!

Aku tak punya kendali atas waktu

Aku tak punya kendali atas semua ini

Jadi, apa yang bisa kulakukan hanya menunggu..


(_ _)#

Monday, March 30, 2009

Cinta dan Sahabat


Bagaimana konsep hubungan yang ideal itu? Saling mencintai? Saling menyayangi? Saling merindukan? Apakah cukup seperti itu saja?? For real, saya belum pernah punya relationship yang benar-benar serius dengan lelaki. Namun, jika suatu saat saya bertemu dengan seseorang yang tepat, hubungan apa yang mungkin saya inginkan ya??

Saya suka dengan statement Luna Maya beberapa waktu lalu di infotainment. Luna ditanya tentang pasangan yang diidam-idamkannya seperti apa? Seperti Ariel Peterpan? *kok jadi ngegossip*

“Pinginnya punya pasangan yang bisa jadi seperti temen atau sahabat,” kata Luna santai. “Yaah, kalau cinta aja itu kan dua tiga tahun bisa ilang, tapi kalau persahabatan itu, kalo kita salah, sahabat mau memaafkan. Dan bisa nerima kita apapun kelebihan dan kekurangan kita, apa adanya. Pinginnya yang seperti itu, bisa cerita apa aja, share, care.. yah berbagi laah..” (kurang lebih ngomongnya seperti itu, nggak tepat juga sih, hehee).

Hmm.. Luna, gw suka gaya loe!! Yea.. cinta yang penuh dengan nuansa persahabatan, kental dengan aroma pertemanan. Di mana kita bisa bebas buat bicara apa saja, saling terbuka, berbagi semuanya, tanpa perlu saling berahasia. Bangga akan kelebihannya, dan juga mau menerima kekurangannya. Share each other, care each other, compromise each other, understand each other.. Sebuah cinta, sebentuk hubungan sederhana, di mana kita bisa menjadi diri kita sendiri, dia menjadi dirinya sendiri, tak usah berpura-pura.. Adakah wujud cinta dan relationship yang seperti itu? Di mana harus mencarinya ya? Kapan akan menemukannya ya..?

Cheers,

-anna-

Time After Time

Lying in my bed I hear the clock tick,
and think of you
caught up in circles confusion
is nothing new
Flashback, warm nights,
almost left behind
suitcases of memories,
time after..

sometimes you picture me
I'm walking too far ahead
you're calling to me, I can't hear
what you've said
Then you say, go slow..
I fall behind
the second hand unwinds

if you're lost you can look, and you will find me
time after time
if you fall I will catch you, I'll be waiting
time after time

after my picture fades and darkness has
turned to gray
watching through windows, you're wondering
if I'm OK
secrets stolen from deep inside
the drum beats out of time

if you're lost you can look, and you will find me
time after time
if you fall I will catch you, I'll be waiting
time after time

if you're lost...
...time after time
time after time..

(Cindy lauper - Time After Time)

Pak To yang Selalu Dicari

Di daerah Srikana, di sekitar tempat tinggal saya, ada seorang penjual pentol (cilok) yang beken banget. Namanya Pak To, orangnya sudah lumayan tua. Kurus, berkulit hitam terpanggang matahari, dengan usia kira-kira 50-an. Di gerobaknya tertera: Pentol Kediri Pak To. Biasa berjualan sore hari. Pentol Pak To laris manis, menjadi primadona. Enak dan murah. Yang beli nggak cuma anak-anak daerah situ, tapi kebanyakan malahan mahasiswa.

Suatu sore, saya pernah antri membeli dengan Rochma. Setelah sms ke kosan, beberapa anak ikutan nitip. Wow, ngantri cukup lama juga, musti bersabar menunggu giliran, sambil melongok-longok cemas ke dandang, takut kehabisan, gara-gara yang beli juga gak abis-abis. Mulai adek-adek, sampai mas-mas. Dan belinya juga gak tanggung-tanggung, 3000, 5000, bahkan kalo yang nitip banyak kayak saya bisa 15000 rupiah habisnya. Saya hanya geleng-geleng sambil berbisik ke Rochma, “Wah, jadi pengusaha pentol aja Ma, laris, duitnya banyak.” Rochma tertawa.

Namun, beberapa waktu lalu, Pak To menghilang cukup lama. Kami mulai merindukan Pak To, heheee.. Dan betapa sukacitanya hati saya saat sebulanan yang lalu saya menjumpai gerobak Pak To di dekat gang kos-an saya. Langsung saya putar balik dan datang membeli. Sambil menunggu, saya tanya, “Pak, njenengan dangu mboten sadeyan? (Pak, anda lama nggak jualan)”

“Iya, pulang kampung.” Jawab Pak To sambil tersenyum.

“oohhh..” saya mengangguk-angguk sambil tersenyum juga.

Kini Pak To kembali eksis di jalan Srikana. Mau mencari Pak To? Carilah sore-sore jam 4-an gitu deeh, di dekat Alfamart Gubeng Kertajaya. Dijamin, pasti ngantri.. ^^.


Cheers,
-anna-

Movie Review – Kambing Jantan: The Movie (Sebuah Catatan Pelajar Bodoh)


Kamis, 5 Maret 2009. Siang itu Puput mengirimkan sms ke saya yang berisi ajakan untuk menonton Kambing Jantan: The Movie. Hari itu adalah pemutaran perdananya, serentak di bioskop-bioskop di Indonesia. Awalnya bimbang dan agak males nonton, secara seharian saya agak sibuk -cuman agak lupa apa aja yang kukerjakan pada hari itu, hehee- Namun, akhirnya saya nonton juga di Delta bareng Puput, Ariyani, dan Wulan. Shownya dimulai pukul 19.30. Suasana Delta 21 cukup ramai dengan banyaknya pelajar dan mahasiswa yang nonton. Ya, nggak heran, Raditya Dika emang udah punya penggemar fanatik, so, pastinya film ini sudah ditunggu-tunggu sama fansnya, termasuk saya kali yaa.. 

Film ini diangkat dari novel laris Kambing Jantan tulisan Raditya Dika, yang berisi pengalaman-pengalaman aneh, lucu, dan ajaib Radit. Film ini disutradarai oleh Rudy Soedjarwo. Castnya Raditya Dika sendiri as Himself, Herfiza as Kebo, dan Edric Tjandra as Hariyanto. Film ini (kenapa tiga kalimat di paragraf kedua ini selalu diawali dengan kata-kata Film ini?) bercerita tentang kehidupan Radit, seorang pelajar SMA biasa yang punya cinta, keluarga aneh, dan pengalaman-pengalaman seru bin ajaib kuliah di Australia. Aniway, saya punya ekspektasi lebih sama film ini. Dalam bayangan saya, Kambing Jantan: The Movie bakalan heboh, lucu abiz, dan full komedi. Namun…

Kenyataan tak seindah yang diharapkan. Dalam film, Radit digambarkan sebagai pelajar SMA yang rada-rada serius dan sedikit bodoh. Walaupun mengandung konten komedi yang bikin ngakak, tapi porsi dramanya juga gak sedikit. Agak jayus juga sih. Filmnya jadi lebih fokus pada hubungan cinta Radit sama Kebo, susahnya menjaga hubungan yang LDR, sampai datangnya godaan dari pihak ketiga. Bagian serunya adalah pada saat Radit mulai kuliah di Australia, dan berteman dengan Hariyanto, orang keturunan asal Kediri yang lugu abiz dan medok poll. Scene favorit saya adalah waktu Radit puyeng gara-gara di Aussie semua orang ngomong pake bahasa Inggris, dan akhirnya suara dosennya didubbing bahasa Indonesia, nggak banget deeh, trus juga waktu Radit diajak kerja sambilan Hariyanto untuk cari tambahan duit biar bisa buat beli kartu telepon. Masak side jobnya mandiin mayat, hiii… tapi konyol abis, waktu Hariyanto dengan santainya bilang, “Udah, tenang aja, anggap aja manekin”, sambil ngemek-ngemek tubuh mayat, trus dia pingsan waktu ngeliat mayat yang mau dibersihkannya berlumuran darah dan jahitan. Dan juga waktu Hariyanto secara nggak sadar ngikut Radit naik taksi ke bandara sambil bawa wadah buat minta beras, heheee..

Kondisi tubuh yang nggak fresh saat itu bikin saya agak mengantuk saat mulai nonton. Sebenarnya saya mengharapkan filmnya bakalan lucu banget so bisa bikin ngantuk saya ilang. Tapi yang terjadi sodara-sodara, durasi film yang panjang (hampir 2 jam loh!), dan fokus cerita ke hubungan Radit-Kebo yang penuh masalah bikin saya jadi males. Alhasil, mata juga gak bisa diajak kompromi. Ngantuk banget, sumpah!! Apalagi waktu adegan telpon-telponan di akhir-akhir film, bubuk deh gw!! Biznya ngebetein banget! Si Kebo itu!!

Yea, well, seperti biasa, itulah yang terjadi kalo saya nonton film adaptasi novel, yang novelnya sudah saya baca duluan. Kebanyakan mengecewakan.. Tapi yah, kita harus appreciate yah, buku emang gak bisa disamakan dengan film. So pasti lah, film beda sama novelnya. Overall, film ini cukup menghibur laah. Sayangnya, kok nggak bertahan lama ya di bioskop Surabaya? Belum ada tiga minggu uda abis tuh shownya. Genre film ini emang segmented sih, remaja, dan penggemar Raditya Dika. Di luar itu, orang-orang males buat nonton. Tapi emang ya, genrenya orang Indonesia (baca: Surabaya) masih belum beralih dari horor dan komedi mesum. Liat aja, Kuntilanak Kamar Mayat masih lebih eksis tuh daripada Kambing Jantan, hehehee..



Okay, sekian review dari saya. Dan karena sekarang ini Raditya Dika uda jadi artis (bintang pilem), so, saya mau pamer aahh foto mesra saya bareng Radit.. hahaahaa.. *pernah foto berdua lohh sama raditya Dika ^^v*


Cheers,
-anna-

Tuesday, March 24, 2009

Kini

Saat engkau mulai hadir

mengisi hatiku

mengusik hari-hariku

memenuhi pikiranku

rindu, harapan, dan mimpiku pun kini

hanya tertuju padamu

hanya dirimu...

Thursday, March 12, 2009

Kepastian yang Kutunggu

Perjuangan belum berakhir. Masih harus menunggu, lagi. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya skripsi saya bisa saya tuntaskan tepat waktu, sesuai target. Banyak halangan dan hambatan yang sudah saya lewati saat proses situ. Melawan rasa malas, menumbuhkan mood dan semangat, mencari dukungan, menghadapi ketidakpastian jadwal pembayaran, mengejar target waktu… Alhamdulillahirobbil’alamin, terima kasihku padaMu Tuhanku, tak mungkin dapat terlukis oleh kata-kata..


Januari 2009

Kebingungan melanda, kemalasan mendera. Saat itu, dari obyek penelitian saya, Asuransi Takaful Keluarga, saya tidak mendapatkan data yang cukup relevan dengan penelitian saya. Selama dua bulan terakhir, saya hanya bisa termangu-mangu di depan laptop, mengerutkan kening dan sambil berpikir keras, bagaimana data ini harus saya olah?? Sampai dengan minggu ketiga Januari, saya akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan bab 4 yang baru 50% jadi ke dosen pembimbing. Di long weekend akhir Januari, saya memutuskan pulang ke rumah, mencoba melarikan diri dari stress yang menghampiri dan mencoba mengakrabi saya. Di saat itu, jadwal pembayaran sudah mendekat, sementara skripsi masih setengah jadi, galau dan kacau hati saya, apakah saya akan kembali membebani orang tua dengan keharusan membayar SPP lagi??

Balik dari rumah, saya menghadap dosen untuk konsultasi. Begitu masuk ruang bimbingan, Bu Murdiati, dosen pembimbing saya yang begitu baik hati, bertanya, “gimana Afri? Sudah siap maju sidang?”

Owh, saya pun terkejut. “Wah Bu, ini skripsi saya belum selesai..” Kemudian Bu Mur menanyakan dengan sabar apa kesulitan saya. Saya mengeluh tentang susahnya mendapatkan data. Bu Mur kemudian memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi saya, dan jika memang nantinya tidak bisa mendapatkan data yang relevan, mau tidak mau harus diungkapkan.

“Kalau ada kesulitan, kamu segera menghubungi saya. Cepat diselesaikan.” ucap Bu Mur. Mendapatkan pompaan semangat dari dosen, secercah harapan muncul, semangat kembali meletup. Namun, sore harinya, semangat itu meredup lagi gara-gara SMS dari Achie, teman sekelas saya. Begini katanya: “Buw, kalo mau nggak bayar lagi, skripsinya harus dikumpulin sebelum tanggal 6 Februari loh.”

Mood saya langsung drop. Wah, kalo tanggal 6 saya gak bisa ngejar nih.. Wah, berarti harus bayar lagi doong..!! Air mata saya mengalir deras saat menelepon orang tua dan meminta maaf jika seandainya harus bayar lagi… Orang tua hanya bisa menghela nafas dan meminta saya untuk konsentrasi saja menyelesaikan skripsi.


Februari 2009

Saya mengunjungi ruang baca dan bertemu dengan mas Deny dan Riana yang duduk semeja. Saya pun join dan kami mengobrol banyak soal deadline pembayaran. Beberapa hari sebelumnya, saya dan Jeffry menanyakan langsung ke Bu Luluk dan mendapatkan konfirmasi bahwa benar adanya, kalo nggak mau bayar lagi, musti daftar sidang sebelum tanggal 6. Ya sudah, saya sudah berpasrah, bayar lagi, mau gimana?? Kemudian saya dan Riana stay di ruang baca sampai sesiangan. Saya gantian turun ke kantin untuk beli makanan. Di kantin, saya ketemu Achie dan mendapatkan sebuah kabar gembira bahwa deadline pengumpulan skripsi diundur sampai tanggal 19 jika ingin tidak registrasi ulang dan bayar SPP lagi. Wah, bagaikan oase di padang pasir, berita itu mengobarkan kembali semangat saya untuk ngebut menuntaskan skripsi.

Semua berjalan lancar, dari Takaful, saya mendapatkan bantuan dari Ibu Yeti mendapatkan data yang bisa saya gunakan untuk melengkapi skripsi saya, dari Bu Murdiati, saya mendapatkan kemudahan dan approval setelah sekali lagi revisi. Kamis, 12 Februari, saya mendapatkan tanda tangan Bu Mur, skripsi telah selesai dan siap diuji. Keluar dari ruang sidang dengan penuh syukur dan senyum yang terus menghiasi wajah, saya disambut beberapa teman, yang akhirnya menodong untuk traktiran. Ya sudah lah, hitung-hitung rasa syukur, saya mentraktir Widodo, Yudha, Lisa, Indah, dan Nita makan batagor di depan MM. Haah.. lega rasanya.. satu step terlewati..

Hari Senin, 16 Februari, dengan pedenya saya ke kampus, membawa skripsi 5 bendel dan persyaratan administratif pendaftaran. Saya menuju ruang departemen untuk mengambil kartu monitoring yang sudah saya kumpulkan dari hari Kamis sebelumnya. Apesnya, kartu saya belum ditandatangani pak Agus, ketua Departemen Akuntansi. Yaah.. harus nunggu lagi sampai besok. Besoknya, saya harus nunggu sesiangan bareng sama Jeffry, Achie, dan Hajar, sebelum mendapatkan tanda tangan Pak Agus. Setelahnya, saya langsung ke Bu Luluk untuk verifikasi dokumen dan daftar sidang. Kemudian, stay di kampus sampai sore untuk mengumpulkan skripsi saya ke Pak Kris di akademik malam.

Akhirnya…. Tinggal belajar untuk kompre dan persiapan sidang. Heemmm, dengar-dengar tanggal 6 Maret nih sidangnya. Di 20 Februari, Yudha, Indah, Widodo, Winda, Lanaa, dan Lia mendapatkan giliran sidang. Wah hasilnya bagus-bagus tuh. Mereka berenam lulus, menyusul Rahel, Eva, mbak Ririn, dan mbak Lusi, yang sudah sidang di waktu sebelumnya. Wah, jadi semakin nggak sabar. Cepet aja laah sidangnya, biar semua beres, dan nggak kepikiran lagi, gak ada beban lagi, terus bisa ikut wisuda April deeh..


Maret 2009

Tanggal 6 ternyata belum ada jadwal sidang. Yah, mungkin harus giliran dengan anak pagi. Maklum, banyak yang daftar sidang nih. Jadi musti ngantri. Di tanggal 5 aja, sidang jurusan Akuntansi sampai dua gelombang, pagi dan siang, dengan jumlah peserta mencapai hampir 30 mahasiswa. Mood belajar belum juga muncul. Rasanya masih maleeess, secara jadwal pastinya belum keluar. Saya dan teman-teman, Jeffry, Indra, Mbak Intan, dan Wulan, mencoba untuk belajar bersama di kampus. Seenggak-enggaknya kalo belajar bareng bisa sedikit lebih semangat.

Menunggu itu membosankan. Menunggu itu menyebalkan. Menunggu itu melelahkan. Menunggu itu bikin stress. Ketidakpastian jadwal sidang membuat saya sedikit depresi. Lelah dengan pertanyaan, Mbak kapan sidang? Ana sidang kapan nih jadinya? Jadwalnya sudah keluar belum Na? Af, gimana sudah dapat kabar dari akademik kita sidang kapan? Capeekk tauk!!! Mikirinnya aja udah sampai kebawa-bawa mimpi lagi, heheee

Kemarin lusa saya sore ke kampus, mau menanyakan ke Pak Kris soal keluar belumnya jadwal sidang itu. Di parkiran, Riana dan Jeffry mengabarkan berita yang kurang enak bahwa kemungkinan sidangnya bisa-bisa molor lagi sampai akhir Maret atau awal April. Haah? Lama amat? “iya Na,” Kata Riana. “Kalau sidangnya awal April, kita nggak bisa ikut wisuda nih. Belum lagi revisinya, ngurus-ngurusnya. Apalagi kayak kita ya Je, yang dosen pembimbingnya cuma bisa ditemuin seminggu sekali.” Keluhnya.
“Iya.” Jawab Jeffry. Padahal anak pagi tiga minggu ini ada jadwal sidang terus loh. Kapan giliran kita? Wah, kita tuh emang anak tiri, perlakuan beda, hahahaa..” Jeffry tertawa getir.

Untuk menegaskan, saya tetep ke dalam untuk bertanya langsung. Di akademik, saya ketemu dengan mas Deny dan akhirnya kami pun bertanya bersama-sama ke Pak Kris. PakKris nggak bisa kasih jawaban yang jelas dan pasti soal masalah jadwal ini. Masih dibicarakan dengan Pak Agus, katanya. Saya bertanya kalau tanggal 20 itu kemungkinannya gimana. Pak Kris menjawab kelihatannya tanggal 20 banyak dosen yang nggak bisa. Kemudian saya melihat kalender di dinding. Minggu depannya, hari Kamis tanggal 26 libur, tanggal merah, so, probabilitas untuk sidang Jumat tanggal 27 tuh kecil ya kayaknya. Fyi, jurusan Akuntansi mendapatkan jadwal sidang hari Kamis/Jumat. Lalu, minggu depannya lagi, sudah masuk awal April. Walah…
So, haruskah menunggu lebih lama lagi? Sampai kapan??? Deeuuhh.. sabar-sabar…

Whenever You Call

Love wandered inside
Stronger than you
Stronger than I
And now that it has begun
We cannot turn back
We can only turn into one


I won't ever be too far away to feel you
And I won't hesitate at all
Whenever you call
And I'll always remember
The part of you so tender
I'll be the one to catch your fall
Whenever you call


And I'm truly inspired
Finding my soul
There in your eyes
And you
Have opened my heart
And lifted me inside
By showing me yourself
Undisguised


I won't ever be too far away to feel you
And I won't hesitate at all
Whenever you call
And I'll always remember
The part of you so tender
I'll be the one to catch your fall
Whenever you call


And I will breathe for you each day
Comfort you through all the pain
Gently kiss your fears away
You can turn to me and cry
Always understand that I
Give you all I have inside


I won't ever be too far away to feel you
And I won't hesitate at all
Whenever you call


I won't ever be too far to feel you
And I won't hesitate at all
Whenever you call
I'll always remember
That part of you so tender
And be the one to catch your fall
Whenever you call


Whenever you call, whenever you call..

(Mariah Carey - Whenever You Call)

Konser Rossa - Persembahan Cinta

Saat mendengar informasi bahwa Rossa akan mengadakan konser Persembahan Cinta di Surabaya, saya jadi kepingin nonton. Dan, akhirnya, pada hari Kamis, 19 Februari 2009, saya bersama Citra, Nia, plus Luhur, cowoknya Nia, nonton Rossa di Gramedia Expo.

I think I was so excited. Kami beli tiket kelas 1 seharga 100 ribu rupiah beberapa hari sebelumnya. Tiba di Gramex sekitar pukul 18.30, di tengah hujan rintik-rintik, ternyata sudah cukup panjang juga antriannya. Gate dibuka pukul 19.00, dan setelah masuk ke dalam hall, kami masih harus menunggu hampir satu jam sebelum Rossa muncul.
Konser Persembahan Cinta diawali Nada-Nada Cinta dan diakhiri Nada-Nada Cinta. Rossa tampil menyapa penonton yang sudah tidak sabar lagi menunggu kemunculannya dengan gaun model baby doll cantik warna hijau muda. She looks so cute. Mungil dan cantik. Kemudian, sepanjang pertunjukan yang hampir memakan waktu 2 jam tersebut, Rossa berganti kostum sebanyak 3 kali. Tapi, yang saya suka waktu dia memakai baju pink model hot pants dengan bolero dan aksen topi pada rambutnya saat Rossa menyanyikan lagu-lagunya yang enerjik macam Pudar dan Malam Pertama.

Dengan panggung megah, musisi handal dengan music director Erwin Gutawa, didukung lighting yang canggih, Rossa tampil maksimal. Menyanyikan sekitar 15 lagu, suaranya, Wow.. bagus banget! Rossa mungkin memang sudah layak untuk disebut diva dengan totalitas performanya di atas panggung. Penonton ikut bernyanyi saat Rossa mendendangkan hit-hitnya seperti Tegar, Hati yang Terpilih, Atas Nama Cinta, sampai Ayat-ayat Cinta. Hmm.. rasanya merinding mendengar suaranya secara langsung. Penjiwaannya terhadap lagu pun bagus banget..Kemudian penonton disajikan kejutan saat Rossa tampil berduet dengan Fadly Padi menyanyikan lagu Terlanjur Cinta.
Pukul 21.45, Rossa mulai berpamitan dengan mengenalkan pendukung konsernya malam itu, mulai Erwin Gutawa, Jay Subiakto, para musisi pengiring, sampai dancernya. Yah.. kok cepet banget sihh.. Aniway, puas lah, walaupun rasanya masih kurang. Kurang lama bok! Haahaa..


Cheers,
-anna-