From This Moment On

Daisypath Anniversary tickers

Monday, November 30, 2009

Musim Hujan Kali Ini


Musim hujan sudah menjelang. Exactly, setelah berbulan-bulan panas matahari menyinar garang, sekarang giliran mendung menggantung seharian. Molornya musim hujan membuat banyak orang mengeluh, “duuhh.. panasnyaa… ampuunnn deeh nggak ada hujan.. mana ini nggak hujan-hujan!” Apalagi di Jawa, tepatnya mungkin di Surabaya. Teman-teman saya di Surabaya ramai-ramai merindukan air hujan menyiram bumi yang panasnya begitu menyengat.

Sampai Alhamdulillah, akhirnya datang musim hujan kali ini. Memasuki bulan November, derai hujan dan gemuruh guntur mulai mengakrabi. Langit gelap karena mendung telah menjadi pemandangan yang biasa. Hawa dingin menusuk tulang dan kipas angin mulai dimatikan. Selimut dan baju panjang menjadi teman di kala malam. Meneguk secangkir teh hangat di sore hari terasa sangat nyaman.. :)

Musim hujan kali ini, saya berada di lain pulau. Kalimantan Island. Pulau terbesar kedua di Indonesia, tempat di mana hutan hujan tropis dan sungai-sungai besar meliuk merupakan landscape nya. Curah hujannya sangat tinggi. Sekali turun, hujan bisa sangat deraaaasssss…. Air serasa ditumpahkan begitu saja dari langit. Tahu tidak, seperti di waterboom, ada satu wahana kolam, di mana ada ember raksasa menampung air, anak-anak ramai berkumpul di bawahnya, menanti harap-harap cemas kapan ember penuh dan terguling menumpahkan air ke mereka. Yaahh.. analoginya mungkin mirip itu laah..

Pagi-pagi pukul 4 terdengar suara deras hujan, reda sebentar, deras lagi sampai pukul 9 pagi.. membuat kita jadi enggan beranjak dari hangatnya tempat tidur. Membuat malas untuk pergi ke kamar mandi dan bersiap melakukan rutinitas. Berharap seandainya hari itu hari Sabtu… Siangnya, langit kembali menghitam. Awan cumulusnimbus memayoritasi ruang angkasa. Sejenak kemudian, air kembali ditumpahkan, diseling suara guruh dan kilatan petir silih berganti. Angin bertiup membuat pepohonan doyong kanan kiri, mati-matian bertahan agar tidak tumbang. Saya menutup tirai di jendela dekat tempat saya duduk sambil bergidik ngeri… Termangu di depan komputer dan berharap semoga listrik siang itu tidak mati.

Saat pulang sore harinya, jalanan macet. Air menggenang membuat kendaraan tidak bisa sembarang melaju. Saya ingin segera sampai di kos, sebelum hujan kembali turun. Motor yang sehari sebelumnya bersih mengkilat setelah dicuci, harus direlakan kotor kembali. Saat saya tanya ke beberapa orang, Banjarmasin memang sering begini saat musim hujan. Curah hujan dan banyak sudah biasa. “Tapi tenang saja, Banjarmasin nggak banjir kok..” ujar mereka. Oh ya? Syukurlah.. Kawan saya yang mendiami komplek perumahan dinas mengeluh karena atap bocor dan air masuk ke dalam rumah. Posisi komplek di daerah rawa membuat banyak binatang tanpa permisi masuk ke dalam rumah saat hujan turun. Ular, kodok, ikan-ikan berloncatan, demikian tulis kawan saya di status facebooknya. . Kalau sudah turun hujan, nggak bisa deeh tidur nyenyak, harus ronda biar rumah nggak kebanjiran. Laptop sudah menjadi korban. Terkena tetesan air saat hujan di siang hari, dan terima saja, nggak bisa nyala. Oohh.. Tuhan, syukur deeh, saya tinggal di rumah kost yang cukup nyaman. Bebas banjir, bebas bocor. Soo, walaupun hujan angin menderu-deru di luar, saya tetap bisa tidur, semakin pulas malahan. :P

Yups, dasar manusia. Saat musim kemarau berkepanjangan berdoa dan meminta air turun dari langit. Giliran musim hujan datang, banjir, basah, cucian nggak kering-kering, penuh keluh kesah pada Yang Di Atas. Aduuuhhh… Tuhaaannnn… kenapa hujan lagi?? Musim hujan kali ini berbeda dari musim-musim hujan sebelumnya. Lebih berwarna, dan lebih ada rasa… -emangnya permen???- ^^

Cheers,
-anna-

1 comment:

Dwi Yulianti said...

kayaknya ngeri tuh Na, kalo penghuni rawa ikut berteduh di dalam rumah . . .