From This Moment On

Daisypath Anniversary tickers

Thursday, March 12, 2009

Kepastian yang Kutunggu

Perjuangan belum berakhir. Masih harus menunggu, lagi. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya skripsi saya bisa saya tuntaskan tepat waktu, sesuai target. Banyak halangan dan hambatan yang sudah saya lewati saat proses situ. Melawan rasa malas, menumbuhkan mood dan semangat, mencari dukungan, menghadapi ketidakpastian jadwal pembayaran, mengejar target waktu… Alhamdulillahirobbil’alamin, terima kasihku padaMu Tuhanku, tak mungkin dapat terlukis oleh kata-kata..


Januari 2009

Kebingungan melanda, kemalasan mendera. Saat itu, dari obyek penelitian saya, Asuransi Takaful Keluarga, saya tidak mendapatkan data yang cukup relevan dengan penelitian saya. Selama dua bulan terakhir, saya hanya bisa termangu-mangu di depan laptop, mengerutkan kening dan sambil berpikir keras, bagaimana data ini harus saya olah?? Sampai dengan minggu ketiga Januari, saya akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan bab 4 yang baru 50% jadi ke dosen pembimbing. Di long weekend akhir Januari, saya memutuskan pulang ke rumah, mencoba melarikan diri dari stress yang menghampiri dan mencoba mengakrabi saya. Di saat itu, jadwal pembayaran sudah mendekat, sementara skripsi masih setengah jadi, galau dan kacau hati saya, apakah saya akan kembali membebani orang tua dengan keharusan membayar SPP lagi??

Balik dari rumah, saya menghadap dosen untuk konsultasi. Begitu masuk ruang bimbingan, Bu Murdiati, dosen pembimbing saya yang begitu baik hati, bertanya, “gimana Afri? Sudah siap maju sidang?”

Owh, saya pun terkejut. “Wah Bu, ini skripsi saya belum selesai..” Kemudian Bu Mur menanyakan dengan sabar apa kesulitan saya. Saya mengeluh tentang susahnya mendapatkan data. Bu Mur kemudian memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi saya, dan jika memang nantinya tidak bisa mendapatkan data yang relevan, mau tidak mau harus diungkapkan.

“Kalau ada kesulitan, kamu segera menghubungi saya. Cepat diselesaikan.” ucap Bu Mur. Mendapatkan pompaan semangat dari dosen, secercah harapan muncul, semangat kembali meletup. Namun, sore harinya, semangat itu meredup lagi gara-gara SMS dari Achie, teman sekelas saya. Begini katanya: “Buw, kalo mau nggak bayar lagi, skripsinya harus dikumpulin sebelum tanggal 6 Februari loh.”

Mood saya langsung drop. Wah, kalo tanggal 6 saya gak bisa ngejar nih.. Wah, berarti harus bayar lagi doong..!! Air mata saya mengalir deras saat menelepon orang tua dan meminta maaf jika seandainya harus bayar lagi… Orang tua hanya bisa menghela nafas dan meminta saya untuk konsentrasi saja menyelesaikan skripsi.


Februari 2009

Saya mengunjungi ruang baca dan bertemu dengan mas Deny dan Riana yang duduk semeja. Saya pun join dan kami mengobrol banyak soal deadline pembayaran. Beberapa hari sebelumnya, saya dan Jeffry menanyakan langsung ke Bu Luluk dan mendapatkan konfirmasi bahwa benar adanya, kalo nggak mau bayar lagi, musti daftar sidang sebelum tanggal 6. Ya sudah, saya sudah berpasrah, bayar lagi, mau gimana?? Kemudian saya dan Riana stay di ruang baca sampai sesiangan. Saya gantian turun ke kantin untuk beli makanan. Di kantin, saya ketemu Achie dan mendapatkan sebuah kabar gembira bahwa deadline pengumpulan skripsi diundur sampai tanggal 19 jika ingin tidak registrasi ulang dan bayar SPP lagi. Wah, bagaikan oase di padang pasir, berita itu mengobarkan kembali semangat saya untuk ngebut menuntaskan skripsi.

Semua berjalan lancar, dari Takaful, saya mendapatkan bantuan dari Ibu Yeti mendapatkan data yang bisa saya gunakan untuk melengkapi skripsi saya, dari Bu Murdiati, saya mendapatkan kemudahan dan approval setelah sekali lagi revisi. Kamis, 12 Februari, saya mendapatkan tanda tangan Bu Mur, skripsi telah selesai dan siap diuji. Keluar dari ruang sidang dengan penuh syukur dan senyum yang terus menghiasi wajah, saya disambut beberapa teman, yang akhirnya menodong untuk traktiran. Ya sudah lah, hitung-hitung rasa syukur, saya mentraktir Widodo, Yudha, Lisa, Indah, dan Nita makan batagor di depan MM. Haah.. lega rasanya.. satu step terlewati..

Hari Senin, 16 Februari, dengan pedenya saya ke kampus, membawa skripsi 5 bendel dan persyaratan administratif pendaftaran. Saya menuju ruang departemen untuk mengambil kartu monitoring yang sudah saya kumpulkan dari hari Kamis sebelumnya. Apesnya, kartu saya belum ditandatangani pak Agus, ketua Departemen Akuntansi. Yaah.. harus nunggu lagi sampai besok. Besoknya, saya harus nunggu sesiangan bareng sama Jeffry, Achie, dan Hajar, sebelum mendapatkan tanda tangan Pak Agus. Setelahnya, saya langsung ke Bu Luluk untuk verifikasi dokumen dan daftar sidang. Kemudian, stay di kampus sampai sore untuk mengumpulkan skripsi saya ke Pak Kris di akademik malam.

Akhirnya…. Tinggal belajar untuk kompre dan persiapan sidang. Heemmm, dengar-dengar tanggal 6 Maret nih sidangnya. Di 20 Februari, Yudha, Indah, Widodo, Winda, Lanaa, dan Lia mendapatkan giliran sidang. Wah hasilnya bagus-bagus tuh. Mereka berenam lulus, menyusul Rahel, Eva, mbak Ririn, dan mbak Lusi, yang sudah sidang di waktu sebelumnya. Wah, jadi semakin nggak sabar. Cepet aja laah sidangnya, biar semua beres, dan nggak kepikiran lagi, gak ada beban lagi, terus bisa ikut wisuda April deeh..


Maret 2009

Tanggal 6 ternyata belum ada jadwal sidang. Yah, mungkin harus giliran dengan anak pagi. Maklum, banyak yang daftar sidang nih. Jadi musti ngantri. Di tanggal 5 aja, sidang jurusan Akuntansi sampai dua gelombang, pagi dan siang, dengan jumlah peserta mencapai hampir 30 mahasiswa. Mood belajar belum juga muncul. Rasanya masih maleeess, secara jadwal pastinya belum keluar. Saya dan teman-teman, Jeffry, Indra, Mbak Intan, dan Wulan, mencoba untuk belajar bersama di kampus. Seenggak-enggaknya kalo belajar bareng bisa sedikit lebih semangat.

Menunggu itu membosankan. Menunggu itu menyebalkan. Menunggu itu melelahkan. Menunggu itu bikin stress. Ketidakpastian jadwal sidang membuat saya sedikit depresi. Lelah dengan pertanyaan, Mbak kapan sidang? Ana sidang kapan nih jadinya? Jadwalnya sudah keluar belum Na? Af, gimana sudah dapat kabar dari akademik kita sidang kapan? Capeekk tauk!!! Mikirinnya aja udah sampai kebawa-bawa mimpi lagi, heheee

Kemarin lusa saya sore ke kampus, mau menanyakan ke Pak Kris soal keluar belumnya jadwal sidang itu. Di parkiran, Riana dan Jeffry mengabarkan berita yang kurang enak bahwa kemungkinan sidangnya bisa-bisa molor lagi sampai akhir Maret atau awal April. Haah? Lama amat? “iya Na,” Kata Riana. “Kalau sidangnya awal April, kita nggak bisa ikut wisuda nih. Belum lagi revisinya, ngurus-ngurusnya. Apalagi kayak kita ya Je, yang dosen pembimbingnya cuma bisa ditemuin seminggu sekali.” Keluhnya.
“Iya.” Jawab Jeffry. Padahal anak pagi tiga minggu ini ada jadwal sidang terus loh. Kapan giliran kita? Wah, kita tuh emang anak tiri, perlakuan beda, hahahaa..” Jeffry tertawa getir.

Untuk menegaskan, saya tetep ke dalam untuk bertanya langsung. Di akademik, saya ketemu dengan mas Deny dan akhirnya kami pun bertanya bersama-sama ke Pak Kris. PakKris nggak bisa kasih jawaban yang jelas dan pasti soal masalah jadwal ini. Masih dibicarakan dengan Pak Agus, katanya. Saya bertanya kalau tanggal 20 itu kemungkinannya gimana. Pak Kris menjawab kelihatannya tanggal 20 banyak dosen yang nggak bisa. Kemudian saya melihat kalender di dinding. Minggu depannya, hari Kamis tanggal 26 libur, tanggal merah, so, probabilitas untuk sidang Jumat tanggal 27 tuh kecil ya kayaknya. Fyi, jurusan Akuntansi mendapatkan jadwal sidang hari Kamis/Jumat. Lalu, minggu depannya lagi, sudah masuk awal April. Walah…
So, haruskah menunggu lebih lama lagi? Sampai kapan??? Deeuuhh.. sabar-sabar…

1 comment:

Nee said...

waahh.. semangat..semangat... lagi mau sidang yah...
aku baru di wisuda tanggal 17 maret 2009 kmaren... indahnya yah, klo udah nyelesain skripsi.. :D