Di daerah Srikana, di sekitar tempat tinggal saya, ada seorang penjual pentol (cilok) yang beken banget. Namanya Pak To, orangnya sudah lumayan tua. Kurus, berkulit hitam terpanggang matahari, dengan usia kira-kira 50-an. Di gerobaknya tertera: Pentol Kediri Pak To. Biasa berjualan sore hari. Pentol Pak To laris manis, menjadi primadona. Enak dan murah. Yang beli nggak cuma anak-anak daerah situ, tapi kebanyakan malahan mahasiswa.
Suatu sore, saya pernah antri membeli dengan Rochma. Setelah sms ke kosan, beberapa anak ikutan nitip. Wow, ngantri cukup lama juga, musti bersabar menunggu giliran, sambil melongok-longok cemas ke dandang, takut kehabisan, gara-gara yang beli juga gak abis-abis. Mulai adek-adek, sampai mas-mas. Dan belinya juga gak tanggung-tanggung, 3000, 5000, bahkan kalo yang nitip banyak kayak saya bisa 15000 rupiah habisnya. Saya hanya geleng-geleng sambil berbisik ke Rochma, “Wah, jadi pengusaha pentol aja Ma, laris, duitnya banyak.” Rochma tertawa.
Namun, beberapa waktu lalu, Pak To menghilang cukup lama. Kami mulai merindukan Pak To, heheee.. Dan betapa sukacitanya hati saya saat sebulanan yang lalu saya menjumpai gerobak Pak To di dekat gang kos-an saya. Langsung saya putar balik dan datang membeli. Sambil menunggu, saya tanya, “Pak, njenengan dangu mboten sadeyan? (Pak, anda lama nggak jualan)”
“Iya, pulang kampung.” Jawab Pak To sambil tersenyum.
“oohhh..” saya mengangguk-angguk sambil tersenyum juga.
Kini Pak To kembali eksis di jalan Srikana. Mau mencari Pak To? Carilah sore-sore jam 4-an gitu deeh, di dekat Alfamart Gubeng Kertajaya. Dijamin, pasti ngantri.. ^^.
Cheers,
-anna-
No comments:
Post a Comment